"Anak saya sering batuk pilek dok, apakah boleh diberikan vaksin Influenza?" tanya seorang ibu. Jawabannya tentu saja boleh, tapi satu hal yang harus diingat. Batuk pileknya belum tentu sembuh dengan vaksin Influenza. Lho lalu bagaimana yang benar?
Apa Sih Influenza Itu?
Satu hal yang harus diperjelas kepada orang tua/pengasuh saat akan memberikan vaksinasi adalah menerangkan manfaat yang akan didapat. Jangan sampai orang tua/pengasuh memiliki ekspektasi yang berlebihan sehingga berujung kekecewaan.
Vaksin Influenza belakangan mulai populer, sebagai salah satu efek dari munculnya kesadaran untuk melakukan imunisasi di era pandemi. Apalagi harga vaksin ini termasuk murah dan mudah didapatkan di mana saja.
Influenza berbeda dengan batuk pilek sehari-hari (sering disebut sebagai Salesma atau Common Cold dalam bahasa Inggris). Tanda dan gejala Influenza lazimnya lebih berat dan memunculkan komplikasi seperti radang telinga tengah, radang paru, bronkitis, utamanya pada balita dan lansia. Sedangkan Salesma umumnya lebih ringan bahkan bisa sembuh sendiri meski tidak diobati.
Vaksin Bukan Obat
Orang tua/pengasuh juga harus diberikan pemahaman bahwa vaksin bukanlah obat. Sehingga jawaban dari batuk pilek berulang bukanlah diberikan vaksin, melainkan digali dulu apa yang mendasari masalah tadi pada si anak, apakah itu: (1) masalah terkait alergi; (2) faktor lingkungan; atau (3) pola pengasuhan anak (misal anak dititipkan di daycare).
Setelah menemukan dan mengatasi masalahnya, barulah vaksin Influenza diberikan, guna melengkapi perlindungan dari komplikasi akibat infeksi Influenza.
Salesma Belum Bisa Dicegah dengan Vaksin
Kenapa penting untuk membahas hal ini, karena vaksin guna mencegah Salesma memang belum tersedia, sehingga memberikan vaksin Influenza untuk mencegah Salesma tentu menjadi satu hal yang percuma dan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.
Namun demikian, vaksin Influenza yang diberikan tentu masih bisa bermanfaat bagi penerima. Malah WHO sendiri merekomendasikan vaksin ini pada populasi sebagai berikut:
- Anak di bawah 60 bulan,
- Orang lanjut usia (di atas 65 tahun),
- Tenaga kesehatan, dan
- Orang dengan komorbid (Diabetes, Penyakit Jantung, Asma)
Komentar
Posting Komentar