Langsung ke konten utama

Menghadapi Tetangga yang Menolak Imunisasi Anak

"Dokter anaknya tetangga saya nggak divaksin, sama orang tuanya nggak dibolehin," kata seorang ibu suatu hari. "Kami harus gimana ya, apalagi ada wabah Polio, Campak, sekarang Difteri." Lanjutnya lagi.

Menghadapi Penolakan Terhadap Vaksinasi

Sependek pengalaman saya menjadi dokter selama hampir 16 tahun, kasus semacam ini (untungnya) jarang terjadi. Kebanyakan orang tua saat ini sudah paham pentingnya imunisasi.

Saya sendiri pernah menghadapi berbagai penolakan vaksin, mulai dari yang ditolak secara halus, sampai diacungi golok oleh bapak si bayi. Hehe..

Dan sebagian besar dari orang yang menolak, bisa kami luruskan pemahamannya kok, dengan pendekatan yang empatik.

Bahaya Turunnya Cakupan Imunisasi

Kebanyakan vaksinator sudah paham betul, betapa pentingnya vaksinasi bagi kesehatan anak. Dan apa konsekuensinya bila cakupan vaksinasi sampai turun di bawah target yang ditetapkan.

Kejadian Luar Biasa Campak 

Kejadian Luar Biasa Polio

Kejadian Luar Biasa Difteri

Sampai dengan awal Maret 2023 ini saja sudah ada 3 KLB yang terjadi, termasuk KLB Difteri yang menimbulkan korban meninggal dunia 8 orang sampai dengan tulisan ini dirilis.

Terjadinya berbagai KLB ini malah sebetulnya sudah terprediksi sejak pertengahan tahun 2022 lalu, saat para ahli menunjukkan data turunnya cakupan imunisasi di berbagai negara akibat pandemi.

Memahami Perasaan Orang Tua

Sebagian orang tua/pengasuh yang menolak imunisasi sebetulnya didasari karena menerima informasi yang kurang tepat, misalnya cemas dengan kabar buruk tentang efek simpang vaksinasi yang disebarkan di media sosial, atau mungkin karena salah satu keluarganya pernah mengalami hal yang kurang menyenangkan terkait dengan vaksin. Dan oleh karena itu pendekatan yang dilakukan akan lebih baik jika mengedepankan dialog.

Dialog akan lebih mengena apabila dilakukan oleh mereka yang memang memiliki pengetahuan tentang vaksinasi dan dilakukan secara tatap muka. Karena dengan cara demikian:
  1. Hal-hal yang mengganjal bagi orang tua/pengasuh bisa diidentifikasi secara presisi,
  2. Jawaban tentang kegalauan orang tua bisa didapatkan secara langsung, dan
  3. Orang tua/pengasuh jadi memiliki figur yang bisa dipercaya.

Figur Vaksinator Lokal

Dalam beberapa kesempatan berdialog dengan rekan-rekan tenakes, saya menekankan pentingnya menjadi figur vaksinator lokal ini. Yang tidak hanya piawai dalam menyuntik vaksin, namun juga bisa memberikan penerangan utamanya mengenai manfaat vaksin yang akan diberikan kepada orang tua/pengasuh.

Karena saya sendiri kadang merasa ironis, saat orang tua/pengasuh atau mungkin malah vaksinatornya sendiri lebih tau tentang efek simpang vaksin ketimbang apa manfaat yang bisa diberikan oleh vaksinnya.
dr. Krisna Adhi, Sp. A
Ketua Bidang Litbang & IT Perdalin Kotapraja.
Co Founder di Klinik Vaksinasi Ar Rohmah,
Dokter Anak di RS Mitra Keluarga Slawi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vaksin Rotavirus: Melengkapi Perlindungan Anak Terhadap Diare

"Loh memangnya ada vaksin untuk diare ya?" sahut seorang ibu keheranan, "anak saya masih bisa diberikan vaksinnya nggak?" lanjutnya lagi. Bagi kebanyakan orang, diare identik dengan lingkungan yang kotor, jorok, kumuh. Maka saat seorang anak terkena diare padahal sudah tinggal di rumah yang terjaga bersih, muncul rasa heran. Diare Rotavirus tidak hanya menjadi masalah di Indonesia saja, tapi juga di negara-negara maju lainnya. Karena alasan itulah dikembangkan vaksin Rotavirus. Vaksin Rotavirus pertama di dunia dirilis tahun 1998. Seorang anak dengan diare sedang ditangani petugas Waktu Pemberian Vaksin Rotavirus Vaksin Rotavirus diberikan mulai usia 8 pekan (2 bulan) . Dosis vaksin Rotavirus bervariasi di antara merk vaksin. Ada yang membutuhkan dua dosis dan tiga dosis.  Yang menjadi masalah, masa pemberian vaksin ini terbatas. Usia maksimal pemberian dosis pertama adalah 14 pekan, dan vaksinasi sudah harus selesai diberikan pada usia 24 atau 32 pekan, tergantung ...

Vaksin Polio: Demi Terwujudnya Eradikasi Polio

Apa Itu Poliomielitis? Definisi: Poliomielitis (Polio) adalah penyakit infeksi sangat menular disebabkan oleh Poliovirus . Penyakit ini utamanya menyerang balita, ditularkan oleh orang ke orang melalui rute fekal-oral. Virusnya akan berkembang biak di usus, kemudian dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan. Tanda dan Gejala: Sekitar 90% dari orang yang terinfeksi tidak bergejala atau mengalami gejala ringan, sehingga penyakit ini tidak dikenali. Pada sebagian orang mungkin muncul gejala demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kaku pada leher, dan nyeri pada tungkai. Seorang anak menderita kelumpuhan akibat Polio Pada sebagian kecil kasus, virus menyebabkan kelumpuhan, biasanya pada kaki dan kelumpuhannya bersifat permanen. Sekitar 5-10% penderita yang mengalami kelumpuhan akan terjadi kelumpuhan pada otot pernapasan yang bisa menyebabkan kematian . Komplikasi: Kecacatan permanen, meninggal dunia, sindrom Pascapolio. Penyakit Polio Tak Dapat Disembuhkan Hingga saat ini...

Vaksin Hepatitis B: Melindungi dari Gagal Hati

Vaksin Hepatitis B adalah vaksin yang pertama kali diberikan kepada anak, yaitu pada hari ia dilahirkan. Kenapa harus secepat itu diberikannya? Karena salah satu cara Hepatitis B ditularkan saat proses persalinan, baik itu persalinan spontan ataupun sesar . Infeksi Hepatitis B yang terjadi pada awal masa kehidupan ini sekitar 70-90% bisa menjadi kronis dan sebagian dari penderita Hepatitis B kronis akan mengalami Sirosis hati hingga berujung ke kanker hati. Waktu Ideal Pemberian Hepatitis B Hepatitis B diberikan sebanyak 5 kali dan idealnya diberikan segera setelah lahir (tentunya setelah pemberian vitamin K), sebelum bayi berusia 24 jam. Vaksin ini diberikan dengan cara disuntikkan di paha bayi, lazimnya tidak ada efek simpang yang terjadi. Ilustrasi bayi baru lahir Nah bagaimana kalau bayi sudah berusia lebih dari 24 jam namun belum diberikan vaksin Hepatitis B? Dalam kasus seperti ini, vaksin masih bisa diberikan namun tentu saja efek proteksinya tidak sebaik bayi yang diberikan ...