"Dokter anaknya tetangga saya nggak divaksin, sama orang tuanya nggak dibolehin," kata seorang ibu suatu hari. "Kami harus gimana ya, apalagi ada wabah Polio, Campak, sekarang Difteri." Lanjutnya lagi.
Menghadapi Penolakan Terhadap Vaksinasi
Sependek pengalaman saya menjadi dokter selama hampir 16 tahun, kasus semacam ini (untungnya) jarang terjadi. Kebanyakan orang tua saat ini sudah paham pentingnya imunisasi.
Saya sendiri pernah menghadapi berbagai penolakan vaksin, mulai dari yang ditolak secara halus, sampai diacungi golok oleh bapak si bayi. Hehe..
Dan sebagian besar dari orang yang menolak, bisa kami luruskan pemahamannya kok, dengan pendekatan yang empatik.
Bahaya Turunnya Cakupan Imunisasi
Kebanyakan vaksinator sudah paham betul, betapa pentingnya vaksinasi bagi kesehatan anak. Dan apa konsekuensinya bila cakupan vaksinasi sampai turun di bawah target yang ditetapkan.
Kejadian Luar Biasa Campak
Kejadian Luar Biasa Difteri
Terjadinya berbagai KLB ini malah sebetulnya sudah terprediksi sejak pertengahan tahun 2022 lalu, saat para ahli menunjukkan data turunnya cakupan imunisasi di berbagai negara akibat pandemi.
Memahami Perasaan Orang Tua
Sebagian orang tua/pengasuh yang menolak imunisasi sebetulnya didasari karena menerima informasi yang kurang tepat, misalnya cemas dengan kabar buruk tentang efek simpang vaksinasi yang disebarkan di media sosial, atau mungkin karena salah satu keluarganya pernah mengalami hal yang kurang menyenangkan terkait dengan vaksin. Dan oleh karena itu pendekatan yang dilakukan akan lebih baik jika mengedepankan dialog.
Dialog akan lebih mengena apabila dilakukan oleh mereka yang memang memiliki pengetahuan tentang vaksinasi dan dilakukan secara tatap muka. Karena dengan cara demikian:
- Hal-hal yang mengganjal bagi orang tua/pengasuh bisa diidentifikasi secara presisi,
- Jawaban tentang kegalauan orang tua bisa didapatkan secara langsung, dan
- Orang tua/pengasuh jadi memiliki figur yang bisa dipercaya.
Figur Vaksinator Lokal
Dalam beberapa kesempatan berdialog dengan rekan-rekan tenakes, saya menekankan pentingnya menjadi figur vaksinator lokal ini. Yang tidak hanya piawai dalam menyuntik vaksin, namun juga bisa memberikan penerangan utamanya mengenai manfaat vaksin yang akan diberikan kepada orang tua/pengasuh.
Karena saya sendiri kadang merasa ironis, saat orang tua/pengasuh atau mungkin malah vaksinatornya sendiri lebih tau tentang efek simpang vaksin ketimbang apa manfaat yang bisa diberikan oleh vaksinnya.
Komentar
Posting Komentar